Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Bumi Datar Matematika Angkasa Dalam Narasi #6

Teori Bumi Datar Matematika Angkasa Dalam Narasi #6

Setelah melucuti teori ini hingga video 5, aku sudah merasa kalau nggak ada lagi hal-hal yang “tricky” yang harus aku pelajari seperti kenapa satelit tak terlihat pada video 1, asal muasal minyak bumi pada video 2, mitos gravitasi pada video 3, perhitungan jarak bumi-bulan pada video 4 dan terakhir Azimuthal Equidistance pada video 5. Tetapi narasi video 6 membuat aku agak minder dan ragu untuk lanjut membahas atau enggak, dikatakan bahwa:

Mari kita sama-sama buktikan utuk mencari kebenaran, meski kebenaran itu tak sesuai dengan kemauan kita. Pembuktian dengan angka matematika, bukan debat kusir berdasarkan opini dan persepsi.

Dari situ aku ragu untuk menonton dan membahas video 6, karena pembuat video akan melakukan perhitungan menggunakan angka matematika. Kalau sampai dia menghitung jarak-jarak benda angkasa dengan persepsi bumi datar, maka aku harus belajar lagi perhitungan jarak matahari ke bumi berdasarkan letak venus, dan itu kerjaan banget belum lagi harus membuktikan manakah dari kedua angka tersebut yang benar. Bisa sakit kepala juga.

Ternyata, malah narasi selanjutnya seperti ini:

Silahkan hitung jarak, kecepatan, diameter bumi, bulan dan matahari, Apakah bisa menghasilkan siklus gerhana matahari 18 tahun 11 hari 8 jam? Seperti yang ditulis dalam situs NASA?

Lah? kita yang harus menghitung?

Yaudah lah.. Jangankan itu, kalau saya bisa menentukan titik terjadinya gerhana aja, ya nggak nulis blog saya, udah bisa masuk NASA atau minimal LAPAN. :3.

Tapi mudah-mudahan tulisan penutup seri Teori Bumi Datar ini nggak akan mengecewakan. Aku akan coba memaparkan kalau satelit yang desainnya rapuh itu sangat bisa melaju dengan kecepatan 28.000 km/jam.

Matematika Level Langit

Baiklah buat kalian yang belum tahu apa itu siklus saros, silahkan buka part 4 tentang siklus Saros. Aku juga sudah memberikan perhitungan cara perhitungan jarak bulan yang dilakukan oleh Aristarchus dan cara NASA menghitungnya.

Perhitungan diameter, jarak dan kecepatan matahari, bumi dan bulan itu merupakan hal yang terpisah dari siklus saros. Siklus gerhana merupakan kombinasi pergerakan bulan, bumi dan matahari yang masing-masingnya memiliki percepatan gravitasi. Artinya, arah dan kecepatan gerak dan gaya dari ketiganya itu berubah di setiap waktu (Prinsip vektor -Fisika SMA).

Pendekatan matematis paling memungkinkan untuk kasus ini ialah dengan kalkulus dan relativitas yang telah dikembangkan oleh Newton dan Einstein. Tetapi itupun tidak dapat mendapatkan siklus gerhana bulan. Kenapa? Terlalu kompleks. Begini contohnya:

Sama saja seperti kamu melihat ada cewek naik mobil, kamu tahu massa mobil, kamu tahu kecepatan maksimal mobil, kemudian kamu ditanya berapa hari sekali cewek itu ke salon? Bisa menjawab? Kamu bahkan nggak tahu kemana arah mobilnya.
32 mil/ 51.5 km

Setelah 9 menit menonton video ini, secara ajaib angka 32 mill/ 51.5 km muncul di layar YT. Katanya pembuktian dengan angka matematika. Tapi tanpa ada operasi matematika tambah, kurang, bagi, langsung tau-tau muncul angka 32 mill. Ya sudah lah emang gitu pembuat video ini, ilmunya udah tinggi banget.

Kalau benar angka ini dari trigonometri maka untuk menghitung jarak bulan-bumi harus ada tiga titik. Titik pertama bumi, kedua bulan, ketiganya apa?

Okelah kita terima saja angka ajaib 32 mil. Tapi sekarang kalau jarak bulan-bumi ialah 32 mil, aku mau tanya balik, bisa nggak buat menemukan siklus Saros yang 18 tahun, 11 hari 8 jam? atau yang lebih dasar saja, bisa nggak dipakai menghitung diameter bulan? Dengan asumsi kita sepakat kalau bulan itu bulat.

Auguste Piccard

Mudah-mudahan kalian percaya dengan aku, aku sudah cek sendiri nama Auguste Piccard di wikipedia. Dan memang benar Auguste Piccard mengatakan bahwa bumi itu seperti flat disk. Tapi pasti ada yang aneh karena di video 6, artikel di wikipedia dipotong hingga berukuruan besar sekali. Yap. Setelah di cek langsung begini versi lengkapnya:

An article in Popular Science in August 1931 described their journey:
“The story of their adventure surpasses fiction. During the ascent, the aluminum ball began to leak. They plugged it desperately with vaseline and cotton waste, stopping the leak. In the first half hour, the balloon shot upward nine miles. Through portholes, the observers saw the earth through copper-colored, then bluish, haze. It seemed a flat disk with upturned edge. At the ten mile level the sky appeared a deep, dark blue. With observations complete, the observers tried to descend, but couldn’t. While their oxygen tanks emptied, they floated aimlessly over Germany, Austria, and Italy. Cool evening air contracted the balloon’s gas and brought them down on a glacier near Ober-Gurgl, Austria, with one hour’s supply of oxygen to spare.”

Untuk memahami informasi selengkapnya silahkan diartikan seluruhnya, tetapi saya hanya akan mengambil point penting pada kalimat yang di bold dan garis bawah untuk menyingkat pebahasan saya.

Dalam eksplorasi ini, bola almunium mengalami kebocoran. Mereka menambalnya dengan vaseline dan sampah kapas untuk menghentikan kebocoran. Setelah 1.5 jam, balon alumunium telah melayang setinggi 9 mil. Melalui lubang port, pengamat melihat bumi dengan warna seperti tembaga, kemudian warna kabut kebiru-biruan. Itu seperti flat disk dengan bagian ujung melengkung.

Sekarang perhatikan pada ketinggian berapa pengamatan ini dilakukan? 9 mil. Jika kita konversi ke dalam kilometer, maka 14,5 km. Pesawat komersial, dapat terbang hingga ketinggian 12km, hanya berbeda 2 km dengan apa yang dicapai oleh Auguste Piccard.

Sekarang, untuk kalian yang sudah pernah terbang dengan pesawat pasti juga melihat bumi seperti flat disk / piringan datar. Apa yang anda lihat dengan apa yang dilihat Auguste Piccard pada 1931 ini tidak akan berbeda jauh. Alasan kenapa dia melihat bentuknya seperti piringan datar ialah karena lokasi pengamatannya kurang tinggi. Bandingkan saja dengan satellite yang berada di LEO, yaitu 160 km. Sepuluh kali lebih jauh dari pengamatan Auguste Piccard.

Di wikipedia, dijelaskan bahwa hingga akhir hidupnya Auguste Piccard berhasil mengamati hingga Stratosfer pada ketinggian 23 km. Tetapi tidak ada catatan tentang apa yang dilihatnya dari sana.

Aku nggak ngurus iklan Hennessy yah. Kita bahas yang sains aja. Tapi sebagai pertimbangan sederhanya, jika yang ada pada iklan itu fakta, bahwa Auguste Piccard mencapai kubah firmament, maka berdasarkan pencapaian Piccard firmament itu sangat rendah, hanya 14,5 km. Kalau dibandingkan dengan pembahasanku sebelumnya, di part5 yaitu peristiwa HANE, maka ledakan HANE yang berada di ketinggian >22km itu seharusnya sudah menembus firmament ini.

Matematika Angkasa Dalam Narasi

Masih ingat bagimana video 6 ini di awali? Ya “angka matematika” kata kuncinya. Hingga menit ke-19, artinya hingga lebih dari setengah video ini ditayangkan tidak ada persamaan matematis ataupun perhitungan matematis yang dilakukan! Bahkan tidak ada perkalian, pembagian dan penjumlahan yang dilakukan. Yang ada malah tampilan iklan Hennessy Brandy (minuman keras).

Itulah yang mendasari aku memberikan judul Matematika Angkasa dalam Narasi. Bahkan pembuat video sempat menampilkan film-film sains fiksi dari yang lawas hingga yang terbaru. Apakah ini yang dimaksud dengan “Pembuktian dengan angka matematika”?

Kalau sebanyak itu koleksi sains fiksi yang ditonton, maka wajar saja kalau beranggapan bumi itu datar. Karena tidak akan ada waktu lagi untuk belajar matematika, fisika, kimia, kalkulus, aljabar linier, vektor, kuantum, termodinamika. Habis waktunya dipakai menonton fiksi. Kemudian ketika tidak mengerti tentang konsep sains, logika dan alam semesta, dituduhlah semua ilmuwan berbohong.

Rotasi Satelit Mengelilingi Bumi

Kemunculan cuplikan-cuplikan film di video 6 ini kukira akan mengakhiri seri yang mengecewakan ini. Tetapi ternyata tidak juga. Akhirnya yang aku tunggu-tunggu muncul juga, perhitungan kecepatan satelit berdasarkan hukum gravitasi Newton, gitu katanya.

Walaupun sebenarnya ini cuma kopas rumus dan penjelasannya salah. Persamaan yang digunakan ini adalah derivasi persamaan Kepler untuk orbit lingkaran sempurna yang stabil menggunakan hukum gravitasi Newton. Jarak satelit yang tertulis 400km itu salah, yang sebenarnya ialah 640km, saya akan jelaskan tentang logika awal dan asal muasal perhitungan ini pada postingan tambahan berikutnya.



Munculnya gambar perhitungan ini diikuti dengan pertanyaan yang menarik.

“Dimana ada pesawat yang berjalan dengan kecepatan 28.000 km/jam? 23 kali kecepatan suara?”
Tidak ada!

Saya bisa mengerti kalau teman-teman setelah menonton video, maka secara logika akan mengatakan:

“Wah.. Benar! Kalau satelit melaju dengan kecepatan itu maka akan hancur, karena desainnya yang tidak aerodinamis. Apalagi kalau melihat pesawat saja harus punya body super kokoh dan aerodinamis untuk bisa melaju secepat 1.900 km/jam.”

Karena saya juga hampir sepakat dengan hal ini. Ini perbandingan yang cukup benar jika saja lingkungannya sama atau hampir sama.

Kenyataanya ialah ada gaya gesek udara! Jadi semua didalam atmosfer bumi dan di atas permukaan tanah akan mengalami yang namanya gaya gesekan udara. Kecuali yang di dalam air, akan mengalami gaya gesek air. Please percaya yah kalau gaya gesekan itu ada? Biar mudah menjelaskannya :).

Di luar angkasa masih ada gaya gesekan, tetapi angkanya sangat kecil jika dibandingkan dengan gaya gesekan di udara. Karena itulah bentuk satelit tidak perlu aerodinamis karena gaya gesekannya dengan fluida hampir tidak ada.

Semoga saja teman-teman bisa memahami hal ini. Tetapi kalau memang masih ada pikiran “Dengan bentuk satelit yang nggak aerodinamis itu, nggak mungkin bisa melaju hingga 28.000”. Mari kita buka pikiran dengan studi kasus ini:

Kalau kalian browsing di google tentang “The Slowest Plane” maka yang akan kalian temukan ialah M15- Belphegor. Jet agrikultur tahun 1973 yang memiliki kecepatan 200km/jam. Strukturnya seperti ini:



Sekarang masih dari google, coba cari “The Fastest Submarine” maka yang akan ditemukan dari wikipedia ialah Soviet K-222. Kapal selam perang tahun 1963 ini memiliki kecepatan 44.7 knot atau 82.8 km/jam. Strukturnya seperti ini:



Ini ngapain kok malah bahas kapal selam? Hehehe.. Sory aku nggak punya bahan lain.

Sekarang bayangkan kalau kita tinggal di air dan yang kita kenal hanyalah kapal selam. Kita menggunakan kapal selam sebagai alat transportasi utama dan kapal selam tercepat ialah K-222 dengan kecepatan 81 km/jam. Kemudian sekelompok saintis datang dan menunjukkan pesawat M15-Belphegor ke kamu. Diceritakanlah kalau benda bernama pesawat terbang ini bisa melaju dengan kecepatan 200km/jam di udara.

Nah karena kamu nggak pernah tahu udara, maka pasti bingung dan sulit untuk percaya kan? Apalagi melihat bentuk M15-Belphegor yang tirus dan rapuh itu, pasti patah donk sayapnya kalau melaju 200 km/jam, K-222 yang hanya melaju 81 km/jam saja body-nya harus kokoh kayak gitu. Begitu kan berfikirnya?

Oke kembali ke kenyataan. Kenyataanya? Tidak ada masalah dengan M15-Belphegor di udara. Bahkan banyak pesawat terbang dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari itu. Jadi yang menjadi masalah ialah pikiran kita tidak bisa membayangkan kalau lingkungan yang dihadapi oleh pesawat terbang itu sangat berbeda dengan kapal selam.

Nah satu-satunya cara untuk kamu menyadari perbedaan lingkungan ini, tanpa survei langsung ialah dengan menggunakan ilmu fisika dan matematika. Sekarang mari kita lihat perbandingan gaya gesekan yang dialami oleh kapal selam dan pesawat terhadap lingkungannya. Jadi kita akan mengesampingkan bentuk, luas permukaan, dan kecepatan dari kapal selam dan pesawat, kita anggap sama saja, karena memang yang akan kita bandingkan ialah lingkungannya, yaitu air dan udara.

Air dan udara merupakan fluida, maka kita menggunakan persamaan gaya gesekan pada fluida.


fdrag = gaya gesekan
C = koefisien gesek
A = Luas permukaan (pesawat/kapal selam)
v = kecepatan
ρ = Massa jenis fluida (air/udara)

Dari empat faktor yang mempengaruhi gaya gesekan(fdrag), yang merupakan pengaruh lingkungan ialah massa jenis fluida(ρ). Maka langsung saja kita bandingkan massa jenis air dan udara:

ρair : ρudara –> 1 gr/cm3: 0,0012 gr/cm3

Jadi gaya gesekan yang dialami pesawat ialah 1,2×10-3 kali dari yang dialami oleh kapal selam. Itulah alasannya kenapa kapal selam K-222 perlu body yang kokoh untuk menahan gaya gesek air pada kecepatan 81 km/jam, sedangkan pesawat M15-Belphegor dengan body yang tidak terlalu kokoh mampu melaju pada kecepatan 200 km/jam. Setiap lingkungan memiliki kebutuhan yang berbeda.

Everything make a sense right?

Sekarang bagaimana dengan lingkungan satelite jika kita bandingkan dengan pesawat? Yap! Dengan logika dan persamaan yang sama, bisa kita bandingkan lingkungan udara dan luar angkasa.

ρudara : ρangkasa —-> 0.0012 gr/cm3: 2×10-31 gr/cm3

Jadi satelit mengalami gesekan 6×10-27 kali dari yang dialami oleh pesawat. Pangkat negatif ini menunjukkan bahwa nilai gesekan pada satelit sangat kecil, sangat jauh beda dengan apa yang dialami oleh pesawat terbang.

Kebayang khan sekarang?

Untuk pengisian ulang bahan bakar dan tentang astronot yang memperbaiki satelit itu akan aku bahas sedikit dipostingan berikutnya bersamaan dengan perhitungan kecepatan satelit.




Untuk Kalian Yang Masih Rasional

Kalian lebih percaya mana? Ratusan ribu ilmuwan dan peneliti di negara-negara maju yang telah belajar hingga Ph.D, kemudian menghabiskan puluhan tahun di laboraturium itu berbohong tentang semua eksplorasi sains dan tidak satupun dari mereka memberitahukan kebenarannya?

Atau ada sekelompok blogger yang terlalu banyak menonton fiksi kemudian bingung tentang sains dan alam semesta lalu menyalahkan semua ilmuwan?

Silahkan membaca.. 
Jika belajar sains itu logis dan menyenangkan, silahkan share tulisan ini. Biar teman kalian juga memiliki wawasan sains yang luas. 

Jika ada komentar silahkan sampaikan dengan sopan, saya akan tampilkan semua komentar baik itu pro atau kontra. 


Buka juga :
Sajian Bagus
Sajian Bagus Sajian Bagus adalah blog yang menyajikan postingan yang bagus supaya dapat berguna dan bermanfa'at bagi yang membacanya. Silahkan kunjungi terus situs ini, dan bagikan jika dirasa bermanfaat agar orang lain mengetahuinya. Sebarkan kebaikan dimanapun dan kapanpun.

Post a Comment for "Teori Bumi Datar Matematika Angkasa Dalam Narasi #6"