Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Bumi Datar Let’s do The Math #4

Teori Bumi Datar Let’s do The Math #4

Nah kali ini di blog ini, aku akan mencoba menjelaskan beberapa penjelasan ilmiah yang akan menjawab apakah teori bumi datar itu adalah fakta atau hanyalah konspirasi HOAX? Kalau kalian baru mengikuti tema Flat Earth Theory ini, silahkan baca part1, part2 dan part3 terlebih dahulu.

Kalau kata Neil Grease Tyson “If you want to see the fact, let’s do the math”

Tulisan ini terutama akan memberikan kritik dan masukan terhadap video ke 4 di channel ini:

https://youtu.be/gkb0y6Sr0gM GERHANA DAN HORISON (for PC only)

Jarak Bumi dan Bulan

Dalam video tersebut telah dijelaskan bahwa jarak dari bulan ke bumi telah diukur oleh ilmuwan zaman Yunani kuno dengan memanfaatkan gerhana bulan. Untuk memahami teknik ini, awalnya aku kesulitan, tapi akhirnya paham, ini sebuah penerapan teori matematika sederhana (dipelajari di SMP). 

Pertanyaan pertama yang dimunculkan ialah kenapa data jarak antara bumi dan bulan hanya berdasar pada perhitungan ilmuwan Yunani Kuno? Mengapa NASA tidak melakukan perhitungannya sendiri?

Jawabannya sangat sederhana, karena ini sains! Ada sebuah kutipan yang mengatakan “The first time you do something, it’s science. The second time, it’s engineering”

Perhitungan yang populer tentang jarak bulan-bumi yang paling populer memang berdasarkan kalkulasi ilmuwan Yunani Kuno. Sama seperti ketika Joseph Priestley menemukan oksigen tetapi namanya tidak tercatat karena Carl Wilhelm Scheele telah mempublikasikan temuannya tentang oksigen setahun lebih dahulu.

Karena memang mereka yang pertama kali melakukannya. Apakah NASA dengan peralatannya yang canggih bisa melakukannya? Bisa! NASA melakukan perhitungan jarak bumi-bulan dengan memanfaatkan pantulan gelombang ketika ditembakkan ke bulan.

Data yang diperoleh oleh NASA jika dibandingkan dengan perhitungan yang dilakukan oleh ilmuwan Yunani kuno hanya berbeda 10%(ini hasil yang luar biasa akurat jika mengingat mereka tidak menggukan peralatan yang kompleks). 

Dalam video, dikatakan bahwa asumsi dasar bahwa bayangan yang menutupi bulan itu adalah banyangan bumi merupakan asumsi yang keliru (salah). Tetapi, satu-satunya penjelasan kenapa asumsi dianggap salah ialah: “Karena ilmuwan NASA masih menggunakan siklus saros untuk menentukan kapan terjadinya gerhana”

Prediksi Gerhana dan Siklus Saros

Pertanyaan paling sederhana yang muncul dipikiranku ketika mendapat informasi bahwa NASA menggunakan Siklus Saros untuk menentukan waktu terjadinya gerhana ialah : Apa itu Siklus Saros? Bagaimana cara NASA menggunakan Siklus Saros?

Pasti ketika melihat di video, kalian merasa kalau Siklus Saros ini adalah catatan Yunani yang berisi kapan gerhana terjadi? Iya sama, aku juga gitu. Karena memang pembuat video berusaha mengarahkan agar yang menonton berfikir seperti itu. Seolah-olah siklus saros itu seperti tabel perkalian yang hanya cukup melihat kita sudah tahu hasilnya.

Ternyata siklus saros merupakan sebuah siklus gerhana bulan yang dibuat oleh Astronom Edmund Halley. Penggunaan nama Saros sendiri digunakan Edmund Halley karena dia membaca Souda (Ensiklopedia Bizantium), ia mengira bahwa siklus yang ia gunakan ini sama persis dengan saros dalam ensiklopedia tersebut. Ini dijelaskan dalam artikel ini –> https://www.astronoo.com/en/articles/eclipse-saros-cycle.html.

Jadi siklus Saros bukan sebuah catatan tentang kapan terjadinya gerhana, tetapi merupakan siklus gerhana dalam 18 tahun 10 hari dan 8 jam yang dihitung dan dipetakan oleh ilmuwan Edmund Halley 
(1656-1742).

Siklus Saros

Siklus saros sendiri hanya mampu memperkirakan waktu terjadinya gerhana bulan, tidak mampu menentukan lokasi terjadinya. Jika berbicara dalam ruang 3 dimensi, maka mungkin kita bisa tahu waktu terjadinya, tetapi kalau kita tidak tahu tempat terjadinya? Ada sebanyak tak-hingga kemungkinan akan lokasi teramatinya gerhana di bumi.

Tetapi dengan kemampuan dan teknologi yang dimiliki oleh NASA puluhan tahun yang lalu, gerhana bulan dan gerhana matahari dapat diprediksi waktu dan tempatnya dengan sangat tepat.

Nah.. Yang perlu digaris bawahi ialah, fakta bahwasannya dalam siklus saros tidak terdapat prediksi tempat terjadinya gerhana, tetapi NASA mampu melakukan perhitugan kapan dan dimana terjadinya gerhana tersebut.

Artinya apa? Asumsi dan seluruh perhitungan yang dilakukan oleh NASA ialah benar, karena memang mampu menghitung titik tepat dimana kita bisa menyaksikan gerhana, baik itu gerhana bulan dan gerhana matahari. Sekarang apa Flat earther bisa menghitung kapan terjadinya gerhana dan titik mana di peta yang bisa menyaksikan gerhana?

Selanjutnya, kalau kita pelajari secara seksama fakta bahwa ilmuwan bisa menentukan waktu terjadinya gerhana tidak ada hubungannya dengan perhitungan jari-jari bumi. Jadi gerhana matahari dan bulan hanyalah sebuah alat untuk melakukan pengukuran jarak bulan sama seperti pada pembuktian Teori Relativitas Einstein yang menggunakan gerhana Matahari. Seperti penjelajah masa lalu yang hanya dengan melihat gugus bintang bisa menentukan posisinya secara tepat.

Jadi kalau diminta dari semua data jarak matahari, bulan, bumi beserta diameternya untuk mendapatkan angka pada siklus saros yaitu 18 tahun, 11 hari dan 8 jam tidak akan diperoleh, tetapi dengan data tersebut bisa diperoleh letak (titik geografis) dimana akan terjadi gerhana bulan dan matahari.

Matahari itu Dekat (Flat Earth Reality)

Penjelasan tentang matahari itu dekat yang didasari oleh sinar matahari yang menembus awan itu menyebar, sangat menarik menurutku. Karena ini adalah fenomena yang “kimia banget”.

Kenapa matahari yang menembus awan itu menyebar? dalam video dijelaskan bahwa para ahli (yang menganggap bumi bulat) mengatakan hal ini karena atmosfer bumi. Kemudian pembuat video menarik kesimpulan bahwa ini tidak masuk akal karena pasti atmosfernya bumi cekung, maka sinar yang datang akan semakin difokuskan.

Baiklah, kalau membayangkan bahwa atmosfer bumi itu merupakan kaca yang melindungi bumi, maka sinar matahari yang masuk ke atmosfer bumi akan menjadi lebih fokus (bukan menyebar). Tetapi apakah ada ilmuwan yang mengatakan kalau atmosfer kita adalah kaca? Tidak! Atmosfer bumi merupakan gas yang didominasi oleh Nitrogen, Argon, Oksigen, dan Karbondioksida.

Peristiwa ketika cahaya matahari menembus awan dan sinarnya menyebar itu disebabkan oleh Efek Tyndal dari awan. Dalam ilmu kimia, kabut dan awan merupakan koloid, dan salah satu sifat paling mencolok dari koloid ialah Efek Tyndal, peristiwa menyebarnya cahaya yang dilewatkan pada partikel koloid.

Peristiwa Efek Tyndal ini telah kita pelajari ketika di SMA, bahkan seringkali dipraktekkan, karena murah dan mudah. Jadi yang sebenarnya terjadi ialah sinar matahari yang datang akan disebarkan oleh awan tersebut. Tersebarnya cahaya ini, kalau melihat ilmu fisika merupakan merupakan peristiwa gabungan dari refleksi, absorbsi, dan refraksi cahaya (pemantulan, penyerapan dan pembiasan/pembelokan) oleh uap air (awan).

Random Experiment

Sedangkan di video dijelaskan dengan eksperimen menggunakan kardus dibolongin kemudian disenterin itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang sedang terjadi. Bandingkan saja bedanya kardus dan awan, coba saja ganti kardusnya dengan kabut ataupun koloid sejenis, pasti jauh ataupun dekat sumber sinarnya pasti akan disebarkan (direfraksi).

Jadi keterangan video bahwasannya matahari itu begitu dekat merupakan klaim semata(tidak ada bukti ilmiah). Kemudian aku tertarik karena pembuat video mengatakan bahwa “semua orang bisa menghitung jarak matahari ke bumi”. Dan gambar serta keterangan berikutnya membuat aku tertawa:

Kemiringan Sinar Matahari

Sekali lagi, sebaran cahaya yang dilihat dari awan itu merupakan hasil Efek Tyndall, jadi ketika menghitung menggunakan triangular dengan asumsi bahwa sinar yang keluar dari awan ialah sinar langsung dari matahari, yang akan diperoleh ialah ketinggian awan penutup sinar tersebut, bukan ketinggian dari mataharinya(sumber cahaya).

Bahkan dengan percobaan senter-kardus yang dilakukan sekalipun, dengan menggunakan triangular maka hanya akan menghitung jarak dari dasar(bayangan) ke kardus, bukan ke sumber cahayanya.

Bulan Punya Sinar Sendiri(Flat Earth Reality)

Pembuat video mengatakan bahwa cahaya matahari dan cahaya bulan berbeda. Bulan dan matahari punya cahaya sendiri-sendiri yang membuat hewan bereaksi berbeda. Menurutku reaksi dari hewan terhadap dua cahaya ini tidak membuktikan apa-apa. Karena yang berbeda ialah karena gelap-nya malam itu.

Coba saja kamu lihat reaksi hewan yang disinari senter pada siang bolong dan disinari senter pada malam hari, apa reaksinya sama? Pasti beda, tapi cahayanya sama-sama cahaya senter. Kemudian dikatakan juga “Matahari merupakan simbol keseimbangan alam, Yin dan Yang”, statemen ini cuma sampah, nothing have to do with the topic.

Yang membuat aku terkejut ialah pada video diberikan percobaan pengukuran temperatur dari cahaya bulan yang menunjukkan nilai yang lebih dingin dibandingkan kegelapan. Tak lama setelah itu aku langsung browsing, ternyata memang metode ini populer di Flat Earther (khususnya YT).

Tetapi penjelasan mengapa ini terjadi justeru karena yang melakukan eksperimen ialah amatir, atau complete amateur. Karena mereka tidak tahu fungsi sebenarnya dan cara penggunaan dari alat yang mereka gunakan (untuk mengukur temperatur radiasi sinar). Silahkan baca disini —>

https://www.physicscentral.com/buzz/blog/index.cfm?postid=1590436706491009951

Benda Salestial Yang Melewati Bulan dan Matahari

Di video ini disebutkan pula bantahan tentang gerhana bulan merupakan bayangan bumi yang menutupi bulan. Alasannya adalah karena adanya benda salestial. Sedangkan benda salestial yang dimaksudkan ini ialah cahaya yang tertangkap oleh kamera, ini bisa kita lihat dimanapun ketika kita memotret objek dengan cahaya terang.

Semua orang yang mengenal fotografi pasti familiar dengan ini. Coba aja ambil kamera HP dan arahkan ke lampu diatas kamarmu:

Benda Salestial

Di dalam video ini, dia mengatakan :

“Jangan sekali-sekali berdebat kusir tanpa data, mengandalkan persepsi dan opininya sendiri. Bisa dibilang 95% informasi yang ada di google adalah opini-opini dan persepsi-persepsi tanpa dasar yang jelas”

Sebuah statement yang sangat brilian menurutku. Tapi coba cek ulang dari semua video, video satu dia menampilkan data dari Google Analytic dan penjelasan tentang perhitungan triangular diambil dari Youtube Dr. Zack(flat earther). Video 2 Penjelasan tentang GPS dia ambil dari Google. Video 3 penjelasan tentang peta bumi datar diambil dari USGS, sebuah lembaga sains di Amerika Serikat (apa yang membedakannya dengan NASA?)

Kalau benar-benar berprinsip 95% informasi di Google dan Youtube ialah opini dan persepsi, kenapa justeru semua informasi yang ditampilkan di video ini dari Google?

Oke lah.. Kita biarkan Allah dan pemilik video yang tahu tentang itu.

Bedford Level Experiment

Dalam video memberikan informasi yang setengah matang dalam Bedford Level Experiment. Bedford Level Experiment memberikan hasil bahwa seluruh bagian kapal akan terlihat sepenuhnya, ini membuktikan bahwa bumi tidaklah bulat.


Bedford Eksperiment

Apakah bumi datar?Ketika mendengar eksperiment ini aku langsung cek ulang informasinya. Dan ternyata benar memang ada eksperiment ini. Pada musim panas tahun 1838, Samuel Birley Rowbotham mengadakan sebuah ekperimen untuk menentukan bentuk bumi.

Persis seperti di video, eksperimen ini mencoba melihat kapal yang berjarak sangat jauh, yaitu 9.7 km. Seharusnya berdasarkan lengkungan bumi, maka bagian bawah kapal sebanyak 4.8m tidak akan terlihat. Dilaporkan hasil dari percobaan ini ialah, kita tetap bisa melihat kapal secara utuh.

Setelah eksperiment ini dilakukan, kritikan muncul dari angkatan laut bahwasannya mereka tidak menghitung reflaksi cahaya oleh uap air laut yang pasti terjadi ketika temperatur sangat tinggi. Mengingat percobaan ini dilakukan saat musim panas, maka penguapan air laut pasti terjadi, dan akibatnya ialah reflaksi cahaya(pembelokan cahaya) oleh uap air laut.

Seorang fisikawan lapangan bernama Alfred Russel Wallace akhirnya mempertaruhkan namanya dan melakukan percobaan ini. Yang pertama ingin ia pastikan ialah menghindari efek refraksi cahaya oleh uap air laut maka dia melakukan percobaan yang sama tetapi pada ketinggian titik pengamatan 13 kaki = 4 meter.

Hasil dari percobaan ini membuktikan bahwa bagian bawah kapal menghilang, hasil yang berlawanan dengan yang diperoleh pada awal experiment Samuel Birley Rowbotham. Hasil ini diakui oleh kongres kemudian eksperimen yang sama telah dilakukan oleh orang lain dan memberikan hasil yang sama.

Ingat! Prinsip sains ialah jika percobaan tersebut diulangi dengan metode yang sama, di waktu yang berbeda, oleh orang yang berbeda, harus menghasilkan hasil yang sama.

Kesimpulan akhir dalam percobaan Bedford justeru hanya mengkonfirmasi sistem navigasi yang dilakukan oleh angkatan laut, yakni adanya refraksi cahaya oleh uap air laut. Ini diakui oleh semua ahli fisika dibidang geologi, tetapi tidak bisa diterima oleh Flat Earther.

Lintasan Matahari Melingkar Di Atas Bumi Datar

Aku sendiri tidak akan bisa menanggapi bagaimana matahari yang difoto dari bumi terlihat lebih kecil daripada yang difoto ketika di pesawat. Karena percobaan semacam ini tidak punya standard yang jelas.

Apakah kamera yang digunakan sama? Apakah waktu pengambilan gambar sama? Terlihat jelas bahwa waktu pengambilan gambar-nya tidak jelas. Di bagian sebelah kiri gambar diambil saat matahari pada fasa paling terang, sedangkan di kanan matahari baru saja terbit.

Sekarang mari kita pikirkan kalau lintasan matahari berbentuk lingkaran yang berkeliling diatas bumi. Pertama, jika lintasannya seperti kembali ke pertanyaan awal, bagaimana peristiwa gerhana bisa dijelaskan?

Pertanyaan lainnya buat flat earther: Darimana mereka bisa memastikan kalau matahari itu bulat? Jangan jangan mataharinya itu nggak bulat? Bisa saja matahari itu bentuknya seperti bagian depan lampu senter(lingkaran datar). JANGAN PAKAI DATA DARI NASA BAHWA MATAHARI ITU BULAT, karena kenyataanya kan tidak percaya dengan data NASA?

Dan kalau perspektif mereka bahwa bulan dan matahari itu beredar beriringan dengan lintasan lingkaran yang sama diatas langit, maka kenapa penanggalan ummat muslim/Hijriyah yang berdasar pada posisi bulan bisa berbeda sekali dengan penanggalan Masehi yang berdasarkan posisi matahari? Karena kalau gerakan matahari dan bulan hanya melingkar dengan kecepatan yang sama, maka tidak akan ada perbedaan jumlah tahun antara penanggalan Masehi dan Hijriyah. Jelaskan kenapa Ramadhan selalu berganti-ganti ditanggalan Masehi?

Kalau menggunakan data NASA, ini bisa dijelaskan dengan sangat logis bahwa setiap posisi antara tiga benda langit, Bumi, Bulan dan Matahari memiliki lintasan yang berbeda. Artinya, walaupun bulannya sudah memasuki fasa yang sama (posisi bulan terhadap bumi sudah sama seperti tahun sebelumnya) tetapi posisi bumi terhadap matahari tidak sama dengan tahun sebelumnya.

Inilah yang menyebabkan pergeseran tanggal Ramadhan setiap tahunnya jika dilihat dari kalender Masehi. Ini juga menjelaskan kenapa Ramadhan di Jepang bisa bergeser dari musim dingin ke musim panas. Karena musim ialah pengaruh posisi matahari sedangkan penentuan Ramadhan bergantung pada posisi bulan.

Ehh.. Tapi para Flat Earther nggak akan bilang kalau kalender Masehi salah total kan? Kalau mereka berprinsip kalender Masehi itu salah total, maka aku nggak bisa lagi menjelaskan dengan ilmu pengetahuanku.

Silahkan membaca..
Jika belajar sains itu logis dan menyenangkan, silahkan share tulisan ini. Biar teman kalian juga memiliki wawasan sains yang luas.

Jika ada komentar silahkan sampaikan dengan sopan, saya akan tampilkan semua komentar baik itu pro atau kontra.


Buka juga :
Sajian Bagus
Sajian Bagus Sajian Bagus adalah blog yang menyajikan postingan yang bagus supaya dapat berguna dan bermanfa'at bagi yang membacanya. Silahkan kunjungi terus situs ini, dan bagikan jika dirasa bermanfaat agar orang lain mengetahuinya. Sebarkan kebaikan dimanapun dan kapanpun.

Post a Comment for "Teori Bumi Datar Let’s do The Math #4"