Bagaimanakah Asal Usul Alam Semesta Kita?
Bagaimanakah Asal Usul Alam Semesta Kita? |
Meski sains telah mengklaim, bahwa asal usul alam semesta ini berawal dari Big Bang, namun hipotesa Big-Bang adalah hipotesa yang tidak ilmiah. Hipotesa ini dibangun dari suatu asumsi yang melahirkan asumsi baru. Asumsi ini pertama kali dirilis oleh seorang astronom sekaligus fisikawan bernama Abbe Georges Lemaitre (1925) dengan dasar Teori Relativitas besutan Albert Einstein (1905), yang sejatinya juga hanya merupakan asumsi, dan bukan merupakan kategori ilmiah. Metode yang digunakan Einstein hingga akhirnya lahir Teori Relativitas yang populer itu adalah Thought Experiment, alias eksperimen pikiran seperti berimajinasi, berfantasi dan berasumsi. Hingga kini tidak ada orang yang bisa membuktikan secara pasti dengan indra yang dimilikinya, bahwa lengkungan ruang dan waktu yang dikatakan Einstein itu benar benar ada.
“The gift of fantasy has meant more to me than my talent for absorbing positive knowledge”
–Albert Einstein–
Sebutan Big Bang dicetuskan pertama kali oleh Astronom Inggris bernama Fred Hoyle. Ia membuat istilah itu sebagai cemoohan terhadap hipotesa Lemaitre, karena menganggap Big Bang adalah hipotesa yang mengada-ada. Tidak ada yang melihat kejadian itu, tidak pula ada secuil penjelasan dalam kitab suci yang merujuk mendekati Big Bang.
Asal Usul Alam Semesta Menurut Kitab Suci
Sebagai manusia ber-Tuhan, kitab suci menjadi acuan utama kami dalam berargumen. Kitab suci adalah firman Tuhan yang tidak ada keraguan di dalamnya. Karena ialah yang maha berilmu lagi maha benar. Proses terbentuknya alam semesta ini adalah ranah Nya, dan tidak ada satu makhluk pun, termasuk manusia yang diberitahu detail proses pembentukannya.
“Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong” QS Al Kahfi (51)
Firman Tuhan tersebut seharusnya telah memberi penjelasan tersirat, bahwa ada batasan bagi manusia dalam menggali Ilmu. Ada ilmu pengetahuan yang ditetapkan sebagai ranah Nya, dan tidak satupun makhluk ciptaannya diperkenankan untuk tahu, karena ialah sang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Oleh karena itu, jika ada manusia yang memaksakan kehendaknya, dan berusaha melewati batas pengetahuan itu, maka mereka tergolong orang-orang dengan ilmu yang menyesatkan.
“Diberkatilah kamu oleh TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia.” Alkitab Mazmur Bab 115 (15-16)
Di dalam kitab suci Tuhan hanya meminta manusia untuk memahami bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Nya, diciptakan dengan penuh persiapan sematang-matangnya, sebagai sarana manusia untuk beribadah kepada Nya. Manusia tidak diperkenankan mengetahui detail teknis pembuatannya. Cukup mensyukuri semua itu sebagai karunia pemberian Nya
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” QS Qaf (38)
Didalam Alkitab Kejadian Bab 1 (1-31) dijelaskan secara rinci urutan kematangan Tuhan menciptakan alam semesta ini untuk manusia, yakni langit & bumi, siang & malam, cakrawala, daratan (Tanah), lautan (Air), tumbuhan, benda langit (Matahari, Bulan, Bintang), hewan laut, unggas, mamalia, reptil, hingga akhirya setelah semua sarana pendukung hidup itu siap dan lengkap, barulah manusia diciptakan oleh Nya.
“Tangan-Ku juga meletakkan dasar bumi, dan tangan kanan-Ku membentangkan langit. Ketika Aku menyebut namanya, semuanya bermunculan.” Alkitab Yesaya 48 (13)
Sebagai manusia ber-Tuhan, kitab suci menjadi acuan utama kami dalam berargumen. Kitab suci adalah firman Tuhan yang tidak ada keraguan di dalamnya. Karena ialah yang maha berilmu lagi maha benar. Proses terbentuknya alam semesta ini adalah ranah Nya, dan tidak ada satu makhluk pun, termasuk manusia yang diberitahu detail proses pembentukannya.
“Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong” QS Al Kahfi (51)
Firman Tuhan tersebut seharusnya telah memberi penjelasan tersirat, bahwa ada batasan bagi manusia dalam menggali Ilmu. Ada ilmu pengetahuan yang ditetapkan sebagai ranah Nya, dan tidak satupun makhluk ciptaannya diperkenankan untuk tahu, karena ialah sang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Oleh karena itu, jika ada manusia yang memaksakan kehendaknya, dan berusaha melewati batas pengetahuan itu, maka mereka tergolong orang-orang dengan ilmu yang menyesatkan.
“Diberkatilah kamu oleh TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia.” Alkitab Mazmur Bab 115 (15-16)
Di dalam kitab suci Tuhan hanya meminta manusia untuk memahami bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Nya, diciptakan dengan penuh persiapan sematang-matangnya, sebagai sarana manusia untuk beribadah kepada Nya. Manusia tidak diperkenankan mengetahui detail teknis pembuatannya. Cukup mensyukuri semua itu sebagai karunia pemberian Nya
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” QS Qaf (38)
Didalam Alkitab Kejadian Bab 1 (1-31) dijelaskan secara rinci urutan kematangan Tuhan menciptakan alam semesta ini untuk manusia, yakni langit & bumi, siang & malam, cakrawala, daratan (Tanah), lautan (Air), tumbuhan, benda langit (Matahari, Bulan, Bintang), hewan laut, unggas, mamalia, reptil, hingga akhirya setelah semua sarana pendukung hidup itu siap dan lengkap, barulah manusia diciptakan oleh Nya.
“Tangan-Ku juga meletakkan dasar bumi, dan tangan kanan-Ku membentangkan langit. Ketika Aku menyebut namanya, semuanya bermunculan.” Alkitab Yesaya 48 (13)
Buka juga :
Post a Comment for "Bagaimanakah Asal Usul Alam Semesta Kita?"