Ada anggapan Covid-19 konspirasi, pemerintah jelaskan bahasa dengan kearifan lokal
![]() |
Ada anggapan Covid-19 konspirasi, pemerintah jelaskan bahasa dengan kearifan lokal |
Pandemi Covid-19 terus meluas di seluruh dunia. Tidak kurang dari 12 juta kasus jiwa manusia terpapar virus dengan jumlah kematian mencapai 561.904 orang.
Namun masih banyak masyarakat di dunia, tidak terkecuali di Tanah Air yang beranggapan kejadian yang terjadi adalah buah konspirasi. Penyebaran virus Covid-19 hanyalah rekayasa belaka.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, kondisi tersebut merupakan bukti penyakit Covid-19 bukan rekayasa ataupun konspirasi seperti yang dituduhkan sejumlah pihak di media sosial.
"Masih adanya pihak-pihak yang belum percaya bahwa Covid-19 ini nyata. Padahal kita lihat angkanya, (kasus kematian) sudah melampaui setengah juta jiwa. Pandemi ini juga telah membuat hampir seluruh negara di dunia mengalami pelambatan ekonomi," kata Ketua Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo dalam Rapat Kerja bersama Komisi VIII DPR RI, kemarin.
Doni menuturkan, gagasan-gagasan yang menyatakan Covid-19 hanyalah sebuah konspirasi merupakan pengaruh negatif yang turut menghambat kinerja pemerintah dalam mengendalikan kasus di masyarakat. Padahal, infeksi Covid-19 berbahaya terutama bagi orang-orang yang mengidap penyakit komorbid atau kronis.
"Covid-19 ini ibarat malaikat pencabut nyawa bagi kelompok rentan seperti kelompok usia lanjut dan kelompok yang memiliki penyakit komorbit seperti hipertensi, diabetes, jantung, ginjal, TBC, asma dan sebagainya," imbuhnya.
Sebab itu, sejak awal munculnya pandemi, pemerintah telah berupaya melakukan sosialisasi dengan menggunakan pendekatan berbasis kearifan lokal dan bahasa-bahasa yang mudah dipahami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar mampu menerapkan pola hidup sehat.
"Narasi-narasi yang berdasarkan kearifan lokal inilah yang kita butuhkan. Terpenting masyarakat paham, Covid-19 ini ada dan bagaimana cara agar kita tidak terinfeksi, tidak tertular, bisa saling melindungi dan menjaga satu sama lain," tuturnya.
Namun masih banyak masyarakat di dunia, tidak terkecuali di Tanah Air yang beranggapan kejadian yang terjadi adalah buah konspirasi. Penyebaran virus Covid-19 hanyalah rekayasa belaka.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, kondisi tersebut merupakan bukti penyakit Covid-19 bukan rekayasa ataupun konspirasi seperti yang dituduhkan sejumlah pihak di media sosial.
"Masih adanya pihak-pihak yang belum percaya bahwa Covid-19 ini nyata. Padahal kita lihat angkanya, (kasus kematian) sudah melampaui setengah juta jiwa. Pandemi ini juga telah membuat hampir seluruh negara di dunia mengalami pelambatan ekonomi," kata Ketua Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo dalam Rapat Kerja bersama Komisi VIII DPR RI, kemarin.
Doni menuturkan, gagasan-gagasan yang menyatakan Covid-19 hanyalah sebuah konspirasi merupakan pengaruh negatif yang turut menghambat kinerja pemerintah dalam mengendalikan kasus di masyarakat. Padahal, infeksi Covid-19 berbahaya terutama bagi orang-orang yang mengidap penyakit komorbid atau kronis.
"Covid-19 ini ibarat malaikat pencabut nyawa bagi kelompok rentan seperti kelompok usia lanjut dan kelompok yang memiliki penyakit komorbit seperti hipertensi, diabetes, jantung, ginjal, TBC, asma dan sebagainya," imbuhnya.
Sebab itu, sejak awal munculnya pandemi, pemerintah telah berupaya melakukan sosialisasi dengan menggunakan pendekatan berbasis kearifan lokal dan bahasa-bahasa yang mudah dipahami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar mampu menerapkan pola hidup sehat.
"Narasi-narasi yang berdasarkan kearifan lokal inilah yang kita butuhkan. Terpenting masyarakat paham, Covid-19 ini ada dan bagaimana cara agar kita tidak terinfeksi, tidak tertular, bisa saling melindungi dan menjaga satu sama lain," tuturnya.
Buka juga :
Post a Comment for "Ada anggapan Covid-19 konspirasi, pemerintah jelaskan bahasa dengan kearifan lokal"